Kamis, 07 September 2006

Mentari Bersinar Lagi

26 Juni 2006
“149,7 cm. Kalau mau masuk jurusan kebidanan nggak cukup.”
Aku diam saja mendengar ucapan petugas pendaftaran Politeknik Kesehatan Negeri di kotaku itu. Hanya kurang 0,3 cm. Punah sudah harapanku untuk menjadi bidan. Kakakku yang mengantarkan hanya bisa menghiburku dengan mengatakan, ”Ya udah, berarti emang bukan yang terbaik masuk kebidanan.”
            Sebenarnya cita-cita awalku bukan menjadi bidan. hanya karena pengaruh kakakku yang seorang bidan dan dari SMP, aku sudah menunjukkan minat di bidang kesehatan. Waktu itu aku mengikuti kegiatan ekstra kulikuler PMR di sekolah. Cita-citaku sebenarnya, ingin menjadi psikolog, dosen, atau ahli gizi. Menurut teman-teman yang pernah curhat denganku, psikolog memang cita-cita yang bagus untukku. Karena mereka merasa nyaman untuk bercerita apa saja denganku, walaupun aku tidak selalu bisa memberikan solusi.
            Sewaktu baru masuk SMA, aku sudah membicarakan cita-citaku ini dengan orang tuaku. Mereka tidak keberatan. Yang penting aku rajin belajar. Tetapi, ketika pergantian tahun ajaran tiba, dan aku naik ke kelas tiga, musibah menimpa keluargaku. Ayahku masuk rumah sakit karena ada gangguan pada fungsi ginjalnya. Sejak saat itu, ayahku harus menjalani cuci darah dua kali seminggu. Selama itu pula kami berusaha mencari pengobatan, mulai dari medis, hingga alternatif. Secara medis, dokter ahli ginjal menyatakan, kalau operasi, kemungkinan berhasilnya tidak sampai 50%. Dan itu berarti ayah harus selamanya menjalani cuci darah. Kenyataan ini membuat aku berpikir, aku tidak akan bisa meraih cita-citaku, karena tidak mungkin aku meneruskan sekolah ke luar kota dalam keadaan seperti ini. Aku tak ingin terjadi apa-apa dengan ayah, sementara aku tidak ada di sampingnya. Sedang di universitas negeri di kotaku tidak ada jurusan psikologi dan ilmu gizi. Alhamdulillah, sekarang ayah sudah bisa cuci darah dua minggu sekali, dengan pengobatan alternatif.

05 Juli 2006
Hari ini aku mengikuti SPMB. Aku mengambil jurusan Biologi. Alhamdulillah, ujian berjalan lancar, dan aku bisa menjawab soal-soal ujian dengan baik. Aku menjalani ujian ini hanya untuk mengikuti saran ayah, yang merupakan dosen di universitas negeri ini. Aku tidak punya pilihan lain. Masuk FMIPA di universitas negeri, atau ilmu gizi di sekolah tinggi kesehatan swasta. Akhirnya, aku memilih pilihan pertama, karena kata ayah, kalau memang aku berminat menjadi ahli gizi, aku bisa meneruskan S2 ilmu gizi, walaupun dari S1 biologi.

4 Agustus 2006
            Hari ini pengumuman SPMB. Alhamdulillah, semua sahabatku lulus di universitas dan jurusan yang mereka inginkan. Termasuk sahabat terdekatku yang mengikuti ujian masuk kedokteran. Sempat iri sih dengan mereka yang bisa mengerjar cita-cita, tapi kusingkirkan jauh-jauh perasaan itu. Setiap orang punya jalan sendiri-sendiri, dan Allah-lah yang menentukan jalan itu. Allah pasti tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan aku yakin Allah memilihku untuk menerima semua ini, karena aku sanggup menjalaninya.

7 September 2008
            Di miladku yang ke-20 ini, aku dan sahabatku merencanakan pertemuan untuk yang kesekian kalinya di sela jadwal kami yang padat. Sudah lima menit aku menunggu di kafe yang sewaktu sekolah dulu sering menjadi tempat kami saling bercerita. Entah kenapa aku bisa dekat dengan dia. Mungkin karena sifatnya yang agak tomboy, sedangkan aku feminin asli, jadi kami saling melengkapi. Atau mungkin juga karena namaku Mentari, sedangkan namanya Bulan, yang sama-sama sistem tata surya.
            Setelah kurang lebih sepuluh menit menunggu, akhirnya dia datang juga. Bulan terlihat anggun dengan busana muslimah berwarna biru muda. Tetapi gaya berjalannya masih seperti dulu, seperti laki-laki, padahal aku sering sekali mengkritiknya.
            ”Udah lama, ya?”, sapanya sambil tersenyum seperti biasa, dengan wajah innocent.
            ”Calon dokter kok ngaret sih? Kalo mau operasi, pasiennya keburu death kali...”, kataku sambil sedikit cemberut.
            ”Afwan, ukhti... kalo cemberut gitu, Tari jadi tambah manis deh...”, candanya sambil tersenyum nakal.
            ”Au ah..., mulai deh usilnya.”
            Seperti biasa, kami saling bercerita. Meskipun kami tidak bersama lagi, kami masih sering bertemu, minimal dua minggu sekali untuk rapat, karena kami sama-sama mengikuti satu organisasi di kampus.
            Selain bertemu ketika pengajian dan rapat, kami juga menjadwalkan untuk meluangkan waktu di sela-sela jadwal kuliah dan organisasi, seperti saat ini, untuk sekedar silaturahmi. Sejak SMA, kami memang sangat dekat. Kami bertekad akan menjaga ukhuwah ini sampai Allah yang memisahkan. Semoga Allah menjaga ukhuwah ini, hingga ke surga nanti.

12 juli 2011
            ”Sering-sering telepon ke sini, ya... Aku kan pengen cerita-cerita lagi. Bakal kesepian deh aku. Jangan lupa sama aku, ya...”, kata Bulan dengan wajah sedih. Padahal biasanya wajahnya selalu ceria.
            ”Insya Allah. Doain sukses, ya... Kita kan cuma terpisah jarak, tapi hati kita nggak... Jangan lupa pesenku, cariin dokter ikhwan yang keren, ya, hi...hi... biar kamu jadi dokter, aku jadi bu dokter juga. hehe...Ana uhibbuki fillah1...” candaku, meski mata ini tak lagi kuat membendung butiran air  yang memaksa untuk segera menetes.
            ”Yuhbibkumullah fiima ahbabtani fillah2...” balas Bulan sambil menitikkan air mata, sebelum kulangkahkan kaki menuju ruang tunggu bandara. Hari ini aku berangkat ke Bandung. Aku akan meneruskan S2 di sana, untuk meraih cita-cita keduaku.


24 Juni 2013
            Potongan lagu Untukmu Teman-nya Brothers mengalihkan perhatianku dari buku yang baru kubeli siang tadi. Ups, ada sms.

Ciee... Bsk rsmi donk, jd ahli gizi... Slmt y, shbtku... Btw, ada dktr, tmn 1angktn, mnta criin calon istri. Lmyn krn lho... He3X.Dy dah siap. Gmn, b’sedia g?

            Ternyata Bulan menanggapi gurauanku ketika kami akan berpisah. Besok aku akan wisuda. Sebenarnya aku berharap Bulan datang, tetapi kesibukan membuatnya tidak bisa hadir di hari bahagiaku besok. Aku bisa memakluminya. Bulan memang seorang dokter muda yang juga aktif di organisasi, jadi wajar saja kalau sangat sibuk. Bingung juga, kujawab apa, ya...?

18 Oktober 2013
            Hari ini hari yang sangat bersejarah dalam hidupku. Karena mulai hari ini, aku tidak sendiri lagi dalam mengarungi kehidupan ini. Ya, hari ini hari pernikahanku, dengan seorang ikhwan yang beberapa bulan lalu Bulan kenalkan padaku. Kami melewati empat bulan masa ta’aruf. Waktu yang cukup lama untuk sebuah perkenalan. Ternyata kesuksesan memerlukan perjuangan yang panjang, dan kegagalan bisa menjadi awal jalan perjuangan itu. Terima kasih Allah, Engkau telah memberiku jalan yang terbaik.

08 Juli 2006

1Aku mencintaimu karena Allah
2 Semoga Allah mencintaimu karena kamu mencintaiku karena Allah