Mendengar adzan dzuhur tadi, sengaja
saya telungkupkan kepala ke tangan sambil memejamkan mata, maksud hati mau
menghayati. Tanpa sengaja malah terbawa ke alam mimpi. Belum tidur beneran sih,
bahasa kerennya “ngeliyep”. Tidak lama, saya perkirakan hanya sekitar 2 menit,
karena ketika sadar, adzan baru saja selesai. *Tapi sempat-sempatnya mimpi
(doh)*. Entahlah, mimpi yang sebentar ini malah jadi inspirasi untuk nulis
lagi..
Mimpi tadi berlatar di rumah guru tercinta
saya, guru spiritual, alias murabbiyah saya. Tapi bukan murabiyyah yang
sekarang. Dalam mimpi itu ceritanya saya dan teman-teman liqo ketika SMA sedang
liqo. Sepertinya dalam mimpi itu juga ceritanya kita masih SMA. Karena
durasinya sangat singkat, hanya satu kalimat dalam mimpi tadi yang saya ingat,
“karena sudah adzan, kita pending dulu liqonya,” kira-kira begitu kata salah
seorang yang mungkin ceritanya moderator, yang bahkan saya juga lupa siapa
orangnya. Setelah itu saya langsung terbangun.
Segera saja setelah terbangun saya
kirimkan pesan singkat ke teman-teman yang ada dalam mimpi, tapi sampai tulisan
ini saya buat, belum ada yang membalas L Hm, apa
mungkin karena kemarin saya baru saja baca-baca buku catatan liqo yang lama,
jadi terbawa mimpi. Baca-baca materi-materi dan catatan curhat teman-teman,
membuat saya kangeeen berat dengan masa-masa itu, dengan para anggota kelompok
liqo kala itu.
Mungkin, bagi setiap orang yang
pernah liqo, kelompok liqo pertama adalah yang paling berkesan dan tak terlupakan,
pun bagi saya. Meskipun kelompok liqo kedua, ketiga, dan seterusnya bukan
berarti tidak berkesan. Tapi bagaimanapun, di kelompok pertamalah saya mengenal
yang namanya ukhuwah Islamiyah, di kelompok itulah saya menemukan hidayah.
Kalau saya bandingkan buku catatan
liqo lama dengan buku catatan liqo setelah-setelahnya, betapa buku catatan liqo
pertama itu begitu berwarna. Dari materi, kultum, bahkan curhat-curhat
persertanya saya catat dengan rapi. Segala yang ada di dalamnya seolah memutar
kembali rekaman tiap-tiap pertemuan. Di rumah EmEr, di mushala sekolah, di
rumah teman-teman, di kamarku, di bawah pohon mangga halaman rumahku (yang
sekarang sudah ditebang), di Al-Fath, di Danau Sipin, di Bajubang beberapa pekan
sebelum perpisahan, di candi ketika perpisahan, semuanya terbayang kembali.
Saya juga masih ingat ketika kami, saya dan teman-teman minta kepada EmEr untuk
liqo setiap hari (LOL). Betapa saat-saat liqo itu sangat kami rindukan.
Sampai sekarang, di kelompok keenam
perjalanan tarbiyah saya, saya belum menemukan kelompok sesolid kelompok kami
dulu. Belum pernah merindukan pertemuan pekanan seperti rindunya menunggu
jadwal liqo dulu. Mungkin perlu dipertanyakan, rindu liqo dulu itu, rindu sama
teman-teman atau rindu menuntut ilmunya?? Jawabannya tentu keduanya.
12 Februari 2013 13.25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar