Selasa, 12 Februari 2013

BUKU CATATAN LAMA

Mendengar adzan dzuhur tadi, sengaja saya telungkupkan kepala ke tangan sambil memejamkan mata, maksud hati mau menghayati. Tanpa sengaja malah terbawa ke alam mimpi. Belum tidur beneran sih, bahasa kerennya “ngeliyep”. Tidak lama, saya perkirakan hanya sekitar 2 menit, karena ketika sadar, adzan baru saja selesai. *Tapi sempat-sempatnya mimpi (doh)*. Entahlah, mimpi yang sebentar ini malah jadi inspirasi untuk nulis lagi..

Mimpi tadi berlatar di rumah guru tercinta saya, guru spiritual, alias murabbiyah saya. Tapi bukan murabiyyah yang sekarang. Dalam mimpi itu ceritanya saya dan teman-teman liqo ketika SMA sedang liqo. Sepertinya dalam mimpi itu juga ceritanya kita masih SMA. Karena durasinya sangat singkat, hanya satu kalimat dalam mimpi tadi yang saya ingat, “karena sudah adzan, kita pending dulu liqonya,” kira-kira begitu kata salah seorang yang mungkin ceritanya moderator, yang bahkan saya juga lupa siapa orangnya. Setelah itu saya langsung terbangun.

Segera saja setelah terbangun saya kirimkan pesan singkat ke teman-teman yang ada dalam mimpi, tapi sampai tulisan ini saya buat, belum ada yang membalas L Hm, apa mungkin karena kemarin saya baru saja baca-baca buku catatan liqo yang lama, jadi terbawa mimpi. Baca-baca materi-materi dan catatan curhat teman-teman, membuat saya kangeeen berat dengan masa-masa itu, dengan para anggota kelompok liqo kala itu. 

Mungkin, bagi setiap orang yang pernah liqo, kelompok liqo pertama adalah yang paling berkesan dan tak terlupakan, pun bagi saya. Meskipun kelompok liqo kedua, ketiga, dan seterusnya bukan berarti tidak berkesan. Tapi bagaimanapun, di kelompok pertamalah saya mengenal yang namanya ukhuwah Islamiyah, di kelompok itulah saya menemukan hidayah. 

Kalau saya bandingkan buku catatan liqo lama dengan buku catatan liqo setelah-setelahnya, betapa buku catatan liqo pertama itu begitu berwarna. Dari materi, kultum, bahkan curhat-curhat persertanya saya catat dengan rapi. Segala yang ada di dalamnya seolah memutar kembali rekaman tiap-tiap pertemuan. Di rumah EmEr, di mushala sekolah, di rumah teman-teman, di kamarku, di bawah pohon mangga halaman rumahku (yang sekarang sudah ditebang), di Al-Fath, di Danau Sipin, di Bajubang beberapa pekan sebelum perpisahan, di candi ketika perpisahan, semuanya terbayang kembali. Saya juga masih ingat ketika kami, saya dan teman-teman minta kepada EmEr untuk liqo setiap hari (LOL). Betapa saat-saat liqo itu sangat kami rindukan.

Sampai sekarang, di kelompok keenam perjalanan tarbiyah saya, saya belum menemukan kelompok sesolid kelompok kami dulu. Belum pernah merindukan pertemuan pekanan seperti rindunya menunggu jadwal liqo dulu. Mungkin perlu dipertanyakan, rindu liqo dulu itu, rindu sama teman-teman atau rindu menuntut ilmunya?? Jawabannya tentu keduanya.

Mungkin saya perlu menyiasati agar liqo sekarang dan yang selanjutnya bisa terasa semanis kelompok pertama. Mungkin saya perlu memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara kami. Mungkin saya perlu rajin-rajin bersilaturrahim dengan mereka. Mungkin saya perlu lebih khusyu lagi menghadirkan wajah mereka di tiap doa. Mungkin saya perlu lebih membuka hati. Mungkin saya perlu sering-sering mengucapkan “ana uhibbuki fillah” seperti yang saya dan teman-teman dulu sering ucapkan. Atau mungkin, saya perlu menuliskan setiap kejadian di buku catatan, sebagaimana yang saya tuliskan di buku catatan liqo yang lama…? Semoga saya bisa segera merasakan rasa itu lagi, rasa yang sama seperti yang terekam dalam buku catan liqo lama saya.



12 Februari 2013 13.25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar